Pages

Rabu, 16 Mei 2012

Satpam Sekolah


Oleh: Arumi Ekowati Ilustrasi: Sabariman
 
"PAK RAHMAT satpam sekolah kita diganti!" seru Reza.
"Kenapa? Padahal Pak Rahmat baik. Karena kalau aku telat sedikit, masih dibolehkan masuk," kata Intan sambil kecewa.
"Aku dengar Pak Rahmat pensiun," Reza menjelaskan.
"Wah, enggak bisa menyelinap diam-diam keluar pintu gerbang lagi deh," sahut Kiki yang sering mengelabuhi Pak Rahmat.
      "Kamu memang tega mengerjai Pak Rahmat, Ki. Semoga pengganti Pak Rahmat galak, enggak bisa kamu bohongi!" kata Tiara.


"Ah, aku enggak takut sama satpam sekolah. Kan kita yang bayar, jadi dia enggak boleh marahi kita!" sahut Kiki.
"Kita yang bayar, maksudmu?" tanya Intan.
"Kita kan bayar uang keamanan," jawab Kiki.
"Masa sih? Bukannya sekolah yang menggaji satpam sekolah?" Tiara tak percaya.
"Pengganti Pak Rahmat siapa?" tanya Intan.
"Namanya Pak Beni!" jawab Reza.
Deg! Danu terkejut, jangan-jangan.....
Pulang sekolah, Kiki, Intan, Reza, dan Tiara mampir ke pos satpam sekolah. Mereka bermaksud berkenalan dengan satpam sekolah yang baru, Pak Beni.
"Ayo Danu, kamu ikut, kan?" ajak Reza pada Danu.
"Maaf, aku enggak ikut. Aku harus cepat-cepat pulang!" Danu menggeleng.


"DANU, KOK tadi Bapak tidak melihat kamu di sekolah?" tanya Bapak.
"Bapak bekerja di sekolah Danu, ya?" tanya Danu sedikit enggan.
"Iya, Bapak dipindah ke sekolahmu. Jadi Bapak sekarang lebih mudah mengawasi kami" jawab Bapak senang.
"Bapak kok enggak bilang-bilang Danu?" tanya Danu sedikit kesal.
"Bapak diberi tahu mendadak. Karena Pak Rahmat, satpam di sekolahmu, sakit, padahal masa kerjanya baru habis seminggu lagi."
"Kenapa Bapak enggak minta ditugaskan ke sekolah lain?" tanya Danu.
"Danu, kamu kenapa? Kok sepertinya kamu enggak suka Bapak kerja di sekolah kamu?" tanya Ibu terkejut.

BAPAK MEMANDANGI Danu yang tertunduk.
"Benar, Danu? Kamu enggak suka Bapak bekerja di sekolahmu?" tanya Bapak heran. "Kamu malu?" tanya Bapak lagi.
"Bapak enggak tahu sih...," jawab Danu perlahan. Matanya memandang ke arah lain.
"Apa yang Bapak enggak tahu, Danu? Coba kamu beritahu Bapak sekarang!" tanya Bapak sedikit tegas.
"Kalau Reza dan Kiki tahu Danu anak Bapak, mereka pasti akan menghina Danu," jawab Danu hati-hati.
"Danu, jangan berburuk sangka kepada teman-temanmu. Lagi pula, apa alasan mereka menghina kamu jika mereka tahu anak Bapak?" tanya Ibu.
"Selama ini mereka sering mempermainkan Pak Rahmat, membohongi Pak Rahmat, satpam sekolah kami, agar bisa menyelinap keluar sekolah. Mereka menganggap Pak Rahmat bodoh karena mudah dibohongi," jawab Danu pelan.
"Maksudmu, mereka tidak takut sama satpam sekolah? Mereka menganggap remeh satpam sekolah?" tanya Ibu.
Danu mengangguk.

"DANU, TERNYATA Pak Beni ibu Bapak kamu?" tanya Reza ketika Danu baru saja masuk ke kelas.
"Kamu kok enggak bilang-bilang kalau Pak Beni itu bapakmu?" sahut Kiki.
Akhirnya semua temannya sudah tahu bahwa ia anak satpam sekolah.
"Pasti kemarin Bapak yang memberi tahu!" kata Danu dalam hati.
"Kamu pasti bangga sekali pada bapakmu, Danu!" kata Tiara.
"Bangga? Kenapa aku harus bangga?" pikir Danu.

"BAPAKMU HEBAT!" seru Reza sambil menepuk bahu Danu.
Danu terkejut mendengar pernyataan Reza.
"Bapak kamu satpam pemberani!" seru Kiki sambil mengacungkan kedua jempol tangannya.
"Memangnya Bapakku ngapain?" tanya Danu heran.
"Lho, memangnya Bapak kamu enggak cerita, Dan?" Reza malah balik bertanya.
"Kemarin Pak Beni berhasil menggagalkan penculikan Novi, anak kelas satu yang telat dijemput ibunya!" jawab Kiki lantang dengan nada suara bangga.
Danu tak menyangka Kiki mengagumi Bapak. Sebelumnya ia takut Kiki akan menghina Bapak.
"Be...benarkah?" tanya Danu.
"Wah,  Pak  Beni  benar-benar  enggak  cerita  sama  kamu?   Hm,  bapakmu
memang rendah hati ya...," Tiara semakin kagum dengan Pak Beni.
"Kemarin, ketika sekolah sudah sepi, ada anak kelas satu yang belum dijemput. Pak Beni belum tahu ibu Novi. Ketika datang seorang yang mengaku disuruh jemput Novi, Pak Beni curiga karena Novi ragu pergi dengan penjemputnya itu. Novi mengaku tidak mengenal orang yang menjemputnya itu. Pak Beni mencegah Novi dibawa pergi. Penculik itu memaksa membawa Novi. Mereka ada tiga orang. Dengan berani Pak Beni melawan mereka. Tetapi yang satu berhasil diringkus Pak Beni dan langsung dibawa ke kantor polisi," kata Reza dengan penuh semangat.


DANU TERPANA mendengarnya. Pantas saja, kemarin sampai sore Bapak baru pulang. Ingin rasanya Danu segera berlari menuju pos satpam tempat Bapak bekerja. Kemudian menyatakan berjuta kata maaf kepada Bapak.
"Bapak maafkan Danu. Danu malu telah meragukan Bapak. Danu bangga pada Bapak!" kata Danu dalam hati penuh rasa sesal.

Arumi Ekowati
Penulis Cerita Anak - Tinggal di Jakarta


Ruang Baca Anak
Cerita-Cerita | Kompas, Minggu, 10 Januari 2010

Bagi Anda yang menginginkan artikel ini dalam bentuk file PDF, silahkan tinggalkan alamat email pada kolom komentar. Semoga kami bisa mengirimkannya bagi Anda.

0 komentar:

Posting Komentar