Oleh: Pramudito
Ilustrasi: DS
Studio
Dua ekor anak kera sedang bermain-main di atas
sebuah pohon. Mereka dengan riang gembira bergelantungan, kadang berlompatan di
dahan atau memetik buah pohon itu dan menikmatinya.
Tiba-tiba anak kera yang satu berkata nyaring, “Hai
lihat di kejauhan tuh. Mama beruang berjalan bersama anaknya. Anak beruang itu
lucu sekali.”
“Kita godain yuk anak beruang itu,” kata anak kera
yang satu lagi.
“Bagaimana caranya?” tanya anak kera yang lain.
“Kita lempari saja dengan buah,” jawab anak kera
yang satu.
Mama beruang dan anaknya yang masih kecil melintas
di bawah pohon itu. Dengan segera kedua anak kera menjatuhkan buah-buahan,
tepat mengenai kepala anak beruang.
“Aduh sakit!” teriak anak beruang.
“Ada apa saying?” tanya mama beruang.
Terdengar tawa riang di atas pohon itu. Mama beruang
melongok ke atas.
“Hai anak kera! Kalian nakal ya! Kau lempari anakku
dengan buah-buah itu!” seru mama beruang marah.
Kedua anak kera tampak ketakutan dan segera melompat
ke dahan yang lebih tinggi.
“Hai, jangan lari kalian!” seru mama beruang lagi.
“Nanti kubilang ke mamamu!”
Dengan segera mama beruang mencari mama kera yang
sedang duduk di dahan pohon sebelah.
“Hai mama kera, anak-anakmu nakal sekali. Mereka
melempari anakku dengan buah!” seru mama beruang dengan marah. “Ayo turun,
kalau tidak rasakan pembalasanku!”
Mama kera merasa ketakutan. Ia tahu bagaimana
akibatnya bila mama beruang sampai membalas. Maka kera segera turun.
“Anak-anakmu turun juga!” seru mama beruang dengan
nada mengancam.
Mama kera memanggil anak-anaknya. Dengan ketakutan
anak-anak kera itu turun.
“Maafkan anak-anakku, mama beruang. Mereka nakal,
sekali lagi kami minta maaf. Kami berjanji anak-anak tidak akan nakal lagi,”
kata mama kera.
Anak-anak kera itu juga minta maaf pada anak
beruang. Mereka besalaman.
Akhirnya mama beruang dan anaknya berlalu. “Tetapi
aku akan membalas mereka, Ma,” kata anak beruang bersungut-sungut. “Kepalaku
masih pening oleh lemparan buah itu.”
“Tidak usahlah kau membalas, anakku. Balas dendam
itu tidak baik. Kan mereka sudah minta maaf,” kata mama beruang menasihati.
Tetapi diam-diam anak beruang tetap bertekad untuk
membalas dendam.
Keesokan harinya anak beruang pergi ke pohon
tempat anak-anak kera bermain-main kemarin.
Dengan susah payah anak beruang memanjat pohon. Ia
sampai pada suatu dahan yang rimbun daunnya dengan buah yang lebat
bergelantungan.
Anak beruang memetik buah dengan moncongnya. Saat
itu, dua ekor anak kera juga sampai di bawah pohon. Segera beruang menjatuhkan
buah ke bawah, maksudnya agar mengenai anak-anak kera itu.
Tentu saja meleset. Anak kera merasa heran ada buah
yang jatuh. Untuk kedua kalinya buah jatuh lagi. Dengan cekatan anak-anak kera
memunguti buah-buah itu dan memakannya.
Ketika melongok ke atas, tampaklah anak beruang di
atas pohon itu yang berusaha untuk memetik buah selanjutnya.
“Hai baik benar anak beruang itu,” kata kera yang
satu. “Ia memetikkan buah untuk kita. Jadi kita tak perlu memanjat sendiri.”
Anak beruang menjadi penasaran. Ia berusaha lagi
memetik buah dengan moncongnya dan dijatuhkan ke bawah. Sekarang kedua anak
kera itu mengejek sambil menertawainya. Mereka tahu anak beruang itu ingin
membalas dendam.
Anak beruang makin penasaran dan mulai terbit
amarahnya. Ia merangkak ke ujung dahan untuk memetik buah yang lebih besar.
Tetapi dahan itu tak kuat menahan tubuh anak beruang itu.
Anak beruang kehilangan keseimbangan, dahan itu
patah dan anak beruang terjatuh ke tanah…. Buuk! Punggungnya menyentuh tanah
dengan kerasnya.
Anak beruang meraung-raung kesakitan.
Anak kera yang satu segera menolong anak beruang
itu, sedangkan anak kera yang lain berlari mencari mama beruang. Mama beruang
segera dating. Demikian juga mama kera.
Sekarang mama beruang memarahi anaknya. “Sudah
kubilang tak usah membalas dendam. Sekarang engkau sendiri yang sakit. Ayo
bangun, kita pulang.”
Dengan tertatih-tatih anak beruang bangkit dan
berjalan mengikuti mamanya.
Anak beruang kini menjadi teman bermain anak-anak
kera dan sering bermain-main di pohon yang rindang dan penuh buah itu.
Pramudito
Penulis Cerita Anak - Tinggal di Jakarta
Ruang
Baca Anak
Cerita-Cerita | Kompas, Minggu, 17 Januari
2010
Bagi
Anda yang menginginkan artikel ini dalam bentuk file PDF, silahkan
tinggalkan alamat email pada kolom komentar. Semoga kami bisa
mengirimkannya bagi Anda.
0 komentar:
Posting Komentar