Pages

Jumat, 18 Mei 2012

Pembalasan Si Beruang Kecil


Oleh: Pramudito Ilustrasi: DS Studio

Dua ekor anak kera sedang bermain-main di atas sebuah pohon. Mereka dengan riang gembira bergelantungan, kadang berlompatan di dahan atau memetik buah pohon itu dan menikmatinya.
Tiba-tiba anak kera yang satu berkata nyaring, “Hai lihat di kejauhan tuh. Mama beruang berjalan bersama anaknya. Anak beruang itu lucu sekali.”
 Anak kera yang lain juga memandang ke kejauhan. Tampak seekor beruang yang gendut berjalan dengan seekor beruang kecil.


“Kita godain yuk anak beruang itu,” kata anak kera yang satu lagi.
“Bagaimana caranya?” tanya anak kera yang lain.
“Kita lempari saja dengan buah,” jawab anak kera yang satu.

Mama beruang dan anaknya yang masih kecil melintas di bawah pohon itu. Dengan segera kedua anak kera menjatuhkan buah-buahan, tepat mengenai kepala anak beruang.
“Aduh sakit!” teriak anak beruang.
“Ada apa saying?” tanya mama beruang.
Terdengar tawa riang di atas pohon itu. Mama beruang melongok ke atas.
“Hai anak kera! Kalian nakal ya! Kau lempari anakku dengan buah-buah itu!” seru mama beruang marah.
Kedua anak kera tampak ketakutan dan segera melompat ke dahan yang lebih tinggi.
“Hai, jangan lari kalian!” seru mama beruang lagi. “Nanti kubilang ke mamamu!”
Dengan segera mama beruang mencari mama kera yang sedang duduk di dahan pohon sebelah.
“Hai mama kera, anak-anakmu nakal sekali. Mereka melempari anakku dengan buah!” seru mama beruang dengan marah. “Ayo turun, kalau tidak rasakan pembalasanku!”
Mama kera merasa ketakutan. Ia tahu bagaimana akibatnya bila mama beruang sampai membalas. Maka kera segera turun.
“Anak-anakmu turun juga!” seru mama beruang dengan nada mengancam.
Mama kera memanggil anak-anaknya. Dengan ketakutan anak-anak kera itu turun.
“Maafkan anak-anakku, mama beruang. Mereka nakal, sekali lagi kami minta maaf. Kami berjanji anak-anak tidak akan nakal lagi,” kata mama kera.
Anak-anak kera itu juga minta maaf pada anak beruang. Mereka besalaman.
Akhirnya mama beruang dan anaknya berlalu. “Tetapi aku akan membalas mereka, Ma,” kata anak beruang bersungut-sungut. “Kepalaku masih pening oleh lemparan buah itu.”
“Tidak usahlah kau membalas, anakku. Balas dendam itu tidak baik. Kan mereka sudah minta maaf,” kata mama beruang menasihati.
Tetapi diam-diam anak beruang tetap bertekad untuk membalas dendam.

Keesokan harinya anak beruang pergi ke pohon tempat anak-anak kera bermain-main kemarin.
Dengan susah payah anak beruang memanjat pohon. Ia sampai pada suatu dahan yang rimbun daunnya dengan buah yang lebat bergelantungan.
Anak beruang memetik buah dengan moncongnya. Saat itu, dua ekor anak kera juga sampai di bawah pohon. Segera beruang menjatuhkan buah ke bawah, maksudnya agar mengenai anak-anak kera itu.
Tentu saja meleset. Anak kera merasa heran ada buah yang jatuh. Untuk kedua kalinya buah jatuh lagi. Dengan cekatan anak-anak kera memunguti buah-buah itu dan memakannya.
Ketika melongok ke atas, tampaklah anak beruang di atas pohon itu yang berusaha untuk memetik buah selanjutnya.
“Hai baik benar anak beruang itu,” kata kera yang satu. “Ia memetikkan buah untuk kita. Jadi kita tak perlu memanjat sendiri.”
Anak beruang menjadi penasaran. Ia berusaha lagi memetik buah dengan moncongnya dan dijatuhkan ke bawah. Sekarang kedua anak kera itu mengejek sambil menertawainya. Mereka tahu anak beruang itu ingin membalas dendam.

Anak beruang makin penasaran dan mulai terbit amarahnya. Ia merangkak ke ujung dahan untuk memetik buah yang lebih besar. Tetapi dahan itu tak kuat menahan tubuh anak beruang itu.


Anak beruang kehilangan keseimbangan, dahan itu patah dan anak beruang terjatuh ke tanah…. Buuk! Punggungnya menyentuh tanah dengan kerasnya.
Anak beruang meraung-raung kesakitan.
Anak kera yang satu segera menolong anak beruang itu, sedangkan anak kera yang lain berlari mencari mama beruang. Mama beruang segera dating. Demikian juga mama kera.


Sekarang mama beruang memarahi anaknya. “Sudah kubilang tak usah membalas dendam. Sekarang engkau sendiri yang sakit. Ayo bangun, kita pulang.”
Dengan tertatih-tatih anak beruang bangkit dan berjalan mengikuti mamanya.
Anak beruang kini menjadi teman bermain anak-anak kera dan sering bermain-main di pohon yang rindang dan penuh buah itu.

Pramudito
Penulis Cerita Anak - Tinggal di Jakarta


Ruang Baca Anak
Cerita-Cerita | Kompas, Minggu, 17 Januari 2010

Bagi Anda yang menginginkan artikel ini dalam bentuk file PDF, silahkan tinggalkan alamat email pada kolom komentar. Semoga kami bisa mengirimkannya bagi Anda.

0 komentar:

Posting Komentar